Alternatif Acara Ngerana Dimasa Pandemi Covid 19
Dalam Adaptasi Kerja Adat Nereh-Empo Di Jabodetabek
( Matius Purba )
Adanya Covid-19 ini harus bisa menjadikan masyarakat naik kelas atas perubahan perilaku budaya baru seperti antre, menjaga kebersihan, kebaktian, dan sebagainya khususnya dalam acara adat nereh-empo.
Tidak jarang kegiatan budaya seperti pertemuan tatap muka yang semasa pandemi ini diganti virtual,misalnya arisan, ngapuli, bahkan maba Belo Selambar ditingkatkan ku Nganting manuk. Ada ungkapan : “Biarlah pandemi berlangsung, tetapi adat dan budaya jangan dihilangkan”.
Sebagai pemerhati adat dan budaya, saya yakin tidak ada niat setiap masyarakat karo khususnya di Jabodetabek untuk menghilangkan makna dan tatanan adat dan budaya didalam pertemuan virtual khususnya dalam pesta adat perkawinan. Justru saya melihat yang sangat antusias dalam upaya dan daya masyarakat karo di Jabodetabek untuk menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan budaya dimasa pandemic ini.
Tetapi dalam pelaksanaan kerja adat dimasa pandemi ini penting sekali kita pertimbangkan masallah Kesehatan khususnya mencegah penularan pandemic. Untuk itu dibutuhkan suatu kesepakatan antara pihak-pihak yang berkompeten sebelum acara terlaksana, khususnya antara Anak beru pekepar dan sukut simada kerja.
Munculnya perilaku baru budaya dimasa pandemi, ya mungkin dan pasti, tapi tidak secara otomatis akan menghilangkan nilai-nilai budaya leluhur kita. Satu hal yang penting dalam perubahan ini adalah kesepakatan antara kedua belah pihak yang dimusyawarahkan Bersama anak berunya. Untuk itulah mari kita Bersama-sama khususnya pelaku-pelaku adat dan pemerhati adat khususnya yang sering ngerunggui agar tetap menjaga dan mempertahankan nilai-nilai budaya itu sendiri walaupun harus dilakukan kegiatan secara virtual.
Ula mekarus, terbeluh encibalken ranan itulah sebagai salah satu komukatif yang perlu dikomunikasikan supaya kehagan ras kehamaten tetap dijunjung tinggi. Oleh sebab itu, menurut Ketua Ginting Munte Sejabodetabek masyarakat tidak perlu khawatir mengenai munculnya kebiasaan baru pada era pandemic 19. Ia meyakini perubahan yang akan terjadi tidak mengubah seluruh tatanan budaya adat karo. Karena pada dasarnya budaya itu mencakup tiga hal yaitu nilai (value), etika, dan estetika," Oleh sebab itu, menurut pandangan Anak Beru Ginting Munte, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai munculnya kebiasaan baru pada era pandemic 19. Pandemi Covid-19 bukan saja menguji benteng pertahanan kesehatan dan ekonomi Indonesia, namun berdampak pula ke segela bidang, termasuk prilaku,seni, adat dan budaya Karo. Justru dimas Pandemi Covid-19 ini memberikan pelajaran bagi kita untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih, menjalankan protokol kesehatan, saling menguntungkan, karena kita semakin dimampukan untuk beradaptasi dengan situasi.
Adaptasi inilah yang dilakukan oleh Pengurus Ginting Munte Bersama Anak berunya Sejabodetabek, melalui serangkaian program kegiatan untuk penguatan para pelaku budaya dan adat untuk menghasilkan suatu perubahan yang dapat diterima oleh semua pihak khususnya sangkep geluh yang hadir dalam pesta adat serta bagaimana memperankan Anak Beru sebagai pusat dari acara dan dapat meyenangkan hati yang berpesta. Turut serta dalam menggumuli pembahasan ini adalah GBKP Runggun Tanjung Priok dan GBKP Runggun Tangerang dalam Sarasehan Budaya Karo.
Beberapa hal yang dibahas adalah : pentingnya dikembangkan pengetahuan adat dan budaya kepada kaum muda, penyesyuaian tata cara pelaksanaan adat dan budaya, alur acara hendaknya terstuktur agar tidak bolak-balik, ungkapan runggu ula mulih-ulih, bagaimana adat dan budaya dapat dipakaikan untuk masa depan, termasuk yang paling disoroti adalah efesiensi waktu dan ertepet-tepet pengerana ras pendalanken adat.
Dengan mempertimbangkan situasi pandemic 19, khususnya dalam efesiensi waktu, pemakaian waktu gedung yang terbatas, dan pembatasan jumlah yang hadir, maka diperoleh suatu pemikiran untuk mengefesiensikan waktu dalam pesta/kerja nereh-empo.
Dibawah ini kami paparkan alternatif susunan Acara sebagai bahan pertimbangan dan koreksi dalam hal efesiensi waktu dimasa pandemi :
Tegun |
Masa Normal |
Waktu |
Alternatif Masa Pandemi |
Waktu |
Sukut |
1. Pengalo-Ngalo Sukut 2. Ngerana Sembuyak Simada Kerja 3. Ngerana Sembuyak Sienterem 4. Kemberahen Sukut 5. Tegun Senina Ku Ranan 6. Tegun senina (Sienterem ) Sepemeren : 7. Sepemeren Arah Kalimbubu Tua 8. Sepemeren Arah Kalimbubu Bena-bena 9. Sepemeren Arah Simada Kerja 10. Siparibanen Sendalanen : 11. Sendalanen Arah Bapa Si Erjabu 12. Sendalanen Arah Nande Si Erjabu 13. Sepengalon ( Erkiteken Anak Beru ) |
6 6 6 6 6 6
6
6 6 6 6 6 6 |
1. Kata Pengalo-Ngalo Sukut 2. Ngerana Sembuyak Sienterem 3. Kemberahen Sukut 4. Tegun Senina Ku Ranan 5. Tegun senina (Sienterem ) 6. Sepemeren ( 1 kalak ) 7. Siparibanen 8. Sendalanen/Sepengalon
|
5 5 5 5 5 5 5 5
|
Kalimbubu |
1. Kalimbubu Tua 2. Kalimbubu Bena-Bena 3. Kalimbubu Simupus/Dareh 4. Kalimbubu Sierkimbang (mama sierjabu) 5. Ngerana Kemberahen ( mami ) 6. Kalimbubu Sepemeren 7. Kalimbubu / Sendalanen ( Arah Puang ) 8. Kalimbubu Siperdemui |
6 6 6
6 6 6 6 6 |
1. Kalimbubu Simupus/Dareh 2. Kalimbubu Sierkimbang (mama sierjabu) 3. Ngerana kemberahen (mami ) 4. Kalimbubu Sepemeren 5. Kalimbubu Siperdemui |
5
5 5 5 5 |
Puang Kalimbubu |
1. Puang Kalimbubu Erkiteken Binuang 2. Puang Kalimbubu erkiteken Dareh 3. Puang Kalimbubu Erkiteken Sierjabu 4. Nehken Luah Kalimbubu ras Puang 5. Ngampu/Ngaloi Ranan / Pedah Kalimbubu ras Puang |
6 6 6 6
6 |
1. Puang Kalimbubu Erkiteken Sierjabu 2. Nehken Luah Kalimbubu ras Puang 3. Ngampu/Ngaloi Ranan / Pedah Kalimbubu ras Puang |
5 5
5 |
Anak Beru |
1. Anak Beru Tua 2. Anak Beru Cekoh baka 3. Anak Beru Dareh 4. Anak Beru Sierkimbang 5. Sidiberu ( Bibi Sisereh/Turang Sukut ) 6. Anak Beru menteri 7. Sukut Ngaloi Ranan Anak Beru |
6 6 6 6 6 6 6 |
1. Anak Beru Tua/Dareh 2. Anak Beru Sierkimbang 3. Sidiberu ( Bibi Sisereh/Turang Sukut ) 4. Anak Beru Menteri 5. Sukut Ngaloi Ranan Anak Beru |
5 5 5 5 5 |
Jumlah Singerana |
33 Kalak. Bila @= 6 menit ( Sada Bagin arah sinereh/siempo ) |
198 |
21 kalak. Bila @=5 menit ( Sada Bagin arah sinereh/siempo ) |
105 |
Durasi Waktu |
1. Ngerana Sukut SiNereh + SiEmpo 2. Landek Penganten sd Pelaminan 3. Landek Tegun Ngerana : 6 x 15 Menit 4. Runggu + Ersukat Emas 5. Ngendesken/Pedalan Ulu Emas 6. Makan Siang+Rg Gereja 7. Tambahen ngerana Perbibin Sinereh |
396 20 90 45 15 50 6 |
1. Ngerana Sukut SiNereh + SiEmpo 2. Landek Penganten sd Pelaminan 3. Landek Tegun Ngerana : 6 x 10 Menit 4. Runggu + Ersukat Emas 5. Ngendesken/Pedalan Ulu Emas 6. Makan Siang+Rg Gereja 7. Tambahen ngerana Perbibin Sinereh |
210 20 60 30 10 30 5 |
Sub Durasi |
( 622 menit = 10,4 jam ) |
622 |
( 365 menit = 6,1 jam ) |
365 |
Penggunaan Waktu |
Jika Mulai Runggu Pukul 09.00 WIB selesai Pukul 19.24 WIB Catatan : - Belum Termasuk Mukul - Pasu-pasu sehari sebelum pesta |
|
Apabila Acara : A. Pasu-Pasu 08.00 – 10.00 WIB di Gedung tempat pesta B. Mulai Runggu pukul 10.00 WIB selesai Pukul 16.05 WIB C. Mukul saat makan siang D. Bila Ditiadakan landek tegun pekepar, efesiensi waktu 1 jam. Sehingga pesta selesai pukul 15.05 WIB |
|
Inilah gambaran penyesuaian waktu yang kami paparkan sebagai alternatif acara dalam pesta nereh-empo di era pandemi covid 19 dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada semua pihak khususnya pelaku, pengemuka dan panutan kami dalam peradatan karo. Tentu hal ini masih jauh dari sempurna, dan masih dibutuhkan penyesuaian waktu dan pemakaian gedung. Mengingat situasi pandemic covid belum dapat kita prediksi berakhirnya, maka kemungkinan acara Maba Belo Selambar-Nganting Manuk, Pasu-pasu dan Ndungi Adat kemungkinan bisa terlaksana dalam satu hari. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami meminta masukan, kritik dan saran dari semua pihak agar dimasa pandemic ini, tetap kita menjaga, menjunjung nilai-nilai budaya karo. Salam sehat bujur ras mejuah-juah.