Rabu, 24 Agustus 2011

KHOTBAH TENTANG DOSA KEBOHONGAN

Pengkhotbah memberitahu pada imatnya, “Minggu depan saya merencanakan untuk berkhotbah tentang dosa kebohongan. Untuk membantu Anda memahami-nya, saya ingin Anda semua membaca Markus pasal 17.”
Pada Minggu berikutnya, ketika bersiap menyampaikan khotbahnya, ia  berkata, “Saya ingin tahu berapa banyak di antara Anda telah membaca Markus 17.”
Semua orang mengacungkan jarinya. Pengkhotbah itu tersenyum dan berkata, ”Markus hanya memiliki 16 pasal. Sekarang saya akan memulai khotbah saya tentang dosa kebohongan.”

Nggo Mena ah,..... 
Maun-maun si la eteh kita e pe sikataken kita ngenca ngangkaisa..... !!! 

Kamis, 04 Agustus 2011

WARI WARI KARO

  1. Bulan Sipaka sada(bulan kambing)
  2. Bulan Sipaka dua (bulan lampu)
  3. Bulan Sipaka telu(bulan cacing/gaya)
  4. Bulan Sipaka empat(bulan katak)
  5. Bulan Sipaka lima(bulan arimo)
  6. Bulan Sipaka enem(bulan kulik)
  7. Bulan Sipaka pitu( bulan kayu)
  8. Bulan Sipaka waluh(bulan tambak )
  9. Bulan Sipaka siwah(bulan gayo )
  10. Bulan Sipaka sepuluh(bulan belobat)
  11. Bulan Sipaka sepuluh sada( bulan batu)
  12. Bulan Sipaka sepuluh dua(bulan nurung )
Keterangenna :
1. ADITIA :Wari medalit, mehuli mena, ngumbung, arih-arih (runggu)

2. SUMA : Wari sidua nahe, manusia ras manuk, wari kurang mehuli, ngkuruk lubang lamehuli, mehuli erburu, niding, ngkawil, njala.

3. NGGARA : Wari merawa/merampek, mehuli erperang, ngulak, buang sial, erbahan tambar, erburu, ngerabi, ndapeti mehuli, sinidapeti latahan.

4. BUDAHA : Wari si empat nahe, wari page, simehuli nuan-nuan, nama page ku keben, mena merdang tah nuan, kerja-kerja pe mehuli.

5. BERAS PATI : Wari medalit, wari mehuli erbahan kerja-kerja, majek rumah, mengket rumah, mulai erbinaga, ngelamar dahin, ula pesimbak sora.

6. CUKRA ENEM BERNGI : Wari pembukui, wari salang sai, mehuli berkat            erlajang, berkat ngepar lawit, ngelamar dahin, ngadap man simbelin, mulai erbinaga. Kerja-kerja nereh-empo, erkata gendang, ngumbung, mena ku juma, nungkuni ate ngena.

7. BELAH NAIK : Wari pengguntur, wari Raja, adil berkat usur jumpa teman, nangkih, ngelamar dahin, mukul, ngaleng tendi, erpangir enggo seh sura-sura, kerina kerja-kerja simehuli banci erkata gendang.

8. ADITIA NAIK : Wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli saja, runggu, erkata gendang, erpangir kulau, erdemu bayu, mengket rumah, purpursage, mulai muka erbinaga/kede, maba nangkih, nukur barang upah tendi.

9. SUMANA SIWAH : Wari kurang ulina, metenget erkai pe, simehuli erburu, nogeng-nogeng ku darat tah ku lau.

10. NGGARA SEPULUH : Wari melas, metenget ranan, ula pesimbak sora, awas api, simehuli erbahan tambar, erperang, ngulak, menaken dahin, buang sial, mengket rumah, nereh-empo, erkata gendang, wari merawa. nampeken tulan-tulan.

11. BUDAHA NGADEP : Wari salang sai, wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli, runggu, ndahi kalimbubu, nereh-empo, muka usaha, ngelamar pendahin, kerja erkata gendang.

12. BERAS PATI TANGKEP : Wari simehuli, mehuli njumpai simbelin/sierpangkat, ngelamar pendahin, perumah-rumahken, erpangir rimo, kerja-kerja mindo rejeki, nereh-empo, ersembah man Dibata.

13. CUKERA DUDU (LAU) : Wari mehuli, nereh-empo, nuan galuh lape-lape tendi, ngeluncang, ndahi orang tua/kalimbubu, mengket rumah, erpangir ku lau.

14. BELAH PURNAMA RAYA: Wari Raja, kerja-kerja mbelin, kerja kalak si erjabaten, erpangir ku lau/nguras, ngeluncang, guro-guro aron, nunggahken lau meciho, naruhken anak ku kalimbubu.

15. TULA : Wari sial, mekisat kalak kerja-kerja ibas wari si e, simehuli ngerabi, nuan tualah.

16. SUMA CEPIK : Wari la mehuli, adi lit urak bilangan man bahanen bulung-bulung simalem-malem, simehuli: erburu, nogeng siding, ngkawil, njala.

17. NGGARA ENGGO TULA : Mehuli buang sial, erbahan tambar, muro kengalen, erpangir selamsam.

18. BUDAHA GOK : Wari page mbuah, mulai mutik, mere page, mena nuan, nama page ku keben, mulai muat page i keben, ngerik, numbun page, wari kurang ulina.

19. BERAS PATI : Menaken rabin, nabah kayu rumah, ngkawil, erbahan sapo juma.

20. CUKRA SI 20 : Mehuli erbahan tambar, mengket rumah, nampeken tulan-tulan erkata ghendang, mehuli berkat gawah, perumah-rumahken.

21. BELAH TURUN : Buang sial, ncibali siding, ngekawil, erburu, ngaci.

22. ADITIA TURUN : Erbahan tambar, erpangir kengalen, buang sial, erburu, ngkawil, ngulakken pinakit, turun ku lawit.

23. SUMANA MATE : Mehuli erbahan togeng-togengen darat tah i lau, ncibali siding, erburu rubia-rubia.

24. NGGARA SIMBELIN : Mehuli erbahan tambar, erpangir buang sial/pinakit, ertoto man Dibata kerna si mehuli.

25. BUDAHA MEDEM : Wari sinuan-nuan, nuan-nuan, kujuma, mere page, muti, muat page ku keben, ngerik, berkat erdalan.

26. BERAS PATI MEDEM : Wari si malem-malem, mere nakan man orang tua, ndahi kalimbubu, kerja nereh empo, erbahan tambar.

27. CUKRANA MATE : Buang sial, erbahan tambar, erburu, engkawil, ngerabi.

28. MATE BULAN : Ngulak, buang sial, nubus semangat, erburu, ngkawil turun ku lawit.

29. DALAN BULAN: Wari kurang ulina, simehuli tupuk.

30. SAMI SARA: Nutup Kerja, numbuki aron, pupursage, ertoto man Dibata, man           nini-nini, nendungi guru.

Sabtu, 16 Juli 2011

Pengakuan Pencuri Ayam

Yuki adalah seorang pencuri ayam yang sangat terkenal di kampungnya. Hampir setiap minggu dia sukses mencuri ayam tetangganya. Suatu hari dia mendatangi seorang pendeta untuk menyatakan tobat.

YUKI : "Pak Pendeta, saya akan bertobat, saya kemarin telah mencuri ayam... Maafkanlah dosa saya."
PENDETA : "Saya tidak bisa mengampunimu, hanya Tuhan yang bisa melakukannya."
YUKI : "Lalu, apa yang harus saya lakukan pada ayam curian saya ini?"
PENDETA : "Kembalikannlah ayam itu kepada pemiliknya."
YUKI : "Maukah Pak Pendeta mengambil ayam ini?"
PENDETA : "Tidak, saya sudah bilang kembalikan saja kepada pemiliknya."
YUKI : "Jadi Pak Pendeta benar-benar tidak mau menerima ayam ini?"
PENDETA : "Sekali tidak, tetap tidak!
YUKI : "Bener nih??"
PENDETA : "Iya, betul!!"
YUKI : "Lantas bagaimana kalau pemiliknya tetap bersikeras tidak mau menerima ayam ini?"
PENDETA : "Hm, kalau begitu bawa pulang saja ayam itu dan rawatlah baik-baik!"
YUKI : "Terima kasih, Pak Pendeta."

Yuki pun pulang ke rumah dengan ayamnya, Pak Pendeta pun masuk ke dalam rumah dan kaget sekali karena AYAMNYA HILANG SATU!!

Naik Taksi

Suatu hari, ada orang Batak yang sedang berwisata di kota Jakarta dan ia bermarga Manalu, saat menunggu taksi yang lewat iapun duduk untuk beristirahat.

Saat itu ia melihat ada taksi tak berpenumpang yang kebetulan lewat maka segera iapun menyetop taksi itu, dan saat diberhentikan sang supir taksi bertanya kepada si Batak ini. "Mana lu?" tanyanya sambil mengintip dari jendela (maksudnya kamu mau ke mana?), si Batak ini kaget dan bergumam "Bah, hebat kali supir taksi di Jakarta ini? Belum apa-apa sudah tahu namaku."

Lalu ia bertanya lagi pada si supir taksi ini "Hei kau, kau paranormal ya?" Lalu supir taksi ini menjawab sambil nyeleneh dan pergi "Sinting." Si Batak ini bergumam lagi "Bah, lebih hebat lagi supir taksi ini, dia tahu kemana tujuanku.

Aku kan mau pergi ke rumah temanku si Ginting." Karena dari 5 taksi yang ia berhentikan mengatakan hal yang sama saja, si Batak ini frustasi dan akhirnya memutuskan untuk naik metro mini saja daripada repot-repot cari taksi.

Di dalam metro mini ia berkata dalam hati "Supir-supir taksi di Jakarta ini paranormal semua kelihatannya tetapi aneh, kok mereka tak mau kutumpangi ya? Padahal uangku cukup."
Sent by: Joshua Nathaniel on Oct 5th, 2008

Problema Hidup

Problema Hidup Ibarat Garam

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet.
Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya.

Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama.
Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air.
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya...........", ujar Pak tua itu.
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum.
Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya.
Kedua orang itu berjalan berdamping an, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu.
Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.
"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?". "Segar.", sahut tamunya.
Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi. "Tidak", jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda.
Ia lalu mengajak nya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.

"Anak muda, dengarlah.
Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang.
Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.

Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.
Itu semua akan tergantung pada hati kita.
Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan.
Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat.

"Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segala nya.
Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
Keduanya lalu beranjak pulang.
Mereka sama-sama belajar hari itu.
Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Dari Milis Tetangga.

Ula Muat Enggona


Turi-turin uga  ergereja 4 kalak Mamre.
( Bp. Lampas, Bp. Lawen , Bp.Muat Enggona ras Bp. Pehuliken)

Diawali perjumpan ilebe-lebe gereja secara kebetulen , erkiketen lit acara igereja.
Emaka labanci lang  empatna kalak enda jumpa.

Bp. Pehuliken : Yak, silih, Impal…Senina Mamre….adi isungkun kita “Kai nge perayakenta                            
                           usur reh ku  Gereja enda ? uga ninta njawabca...

Pa Lampas     : Aku dah kam silih,,,, sada ngenca si kuakap si mantapna kataken
                          pengkhotbah ah usur … ( Janahna neldu isapna ndekah……)
Bp. Pehuliken: Kai silih … ula ban ndekahsa min !!.
Pa Lampas     : Si Mantapna kuakap…. Reh nina Pandita usur :“ SANGAP KALAK ADI
                         SALAHNA ENGGO ISASAP, DOSANA ENGGO IALEMI. ( Janahna                                 
                          Cirem-cirem).

Pa Pehuliken  : - Payo silih ,... em kap tanda kita si erdosa  ....  nina Pa Pehuliken.
                          ya.... Kam ka impal,.... Bapa muat Enggona... !!  ( idahna
                          impal na enda , siiibuk terus nelepon ras SMS SANGA Ercakap-cakap e ).
                        - kam ka Impal bapa Laewn ... ... uga nindu ?   tempa lanai begi Bp Lawen                                                            
                           Ban asikna er SMS ....
Bp. Lawen    : Memang dahkam impal... payo nge bagi sikataken sembuyak ku Pa
                        Lampas ah ndai, ...Ia dah kam lampas usur ia reh ku gereja, lampas ka ia mulih
                        maun-maun lenga pe Kolekte enggo ka ia lawes ngayakken dahinna.Tapi                 
                        bage gia dah kam,...beda nge perayakenta  sekalak-sekalak si reh ku                                   
                        Gereja enda.

Pa Pehuliken : Payo kal kuakap katandu e Impal,.... bage gia turiken min man kami...
                        ula kin lalap sanga diskusi e pe encari atendu lalap.

Bp. Lawen : Aku dah kam Impal...sada ngenca perayakenku ku gereja....
                       ”Malem kal pusuhku ,   adi reh nina Pengkhotbah ah : ” 
                        “ KETUAHEN  KALAK SI   MEGIKEN KATA DIBATA
                       DINGEN SIMAKEKENCA  IBAS GELUHNA TEP-TEP WARI.
                        Haleluya…..  dah kam   Haleluya na   e banci ka kubahan sora 4. (janahna  
                        Ngisap radu ka ras mencet—mencet HP).

Rempet sambung Pa Muat Enggona : Ename kena  salah persepsi duana,.... adi kuakap labo
                        ena Perayakenta reh ku Gereja.............
                          Adi Aku Dah kena: si mendarah daging bas aku........Reh nina datas
                          mimbar ah nari : Mulih lah alu Dame ras Mejuah-juah ” IPASU-PASU
                          JANAH IKAWALI DIBATA KAM.....rst.....
                        ( Kepeken Pa Muat Enggona Pas bagi  gelarna  e... :  Terlambat usur  reh ku       
                         Gereja. Maun-maun lanai dat ingan   kundulpe.  Emaka celnat kenna saja je             
                         usur deher kalak, erbahanca si deherna e  pe  terganggu..)

Kesimpulen :  kai nina Pa Pehuliken.....
 Memang Senina Mamre  : Sada pe labo salah penggejabendu e.
Tapi adi reh kita ku Gereja... Lampas kita reh. .. sibegikenka  kata Dibata,... saber kita nimai dungna kerina kegiaten ras si dalanken ka Kegiaten Gerejanta . Bageme maka Dosata ialemi Dibata., Rikutpe Ketuahen ras dat ken kita Pasu-Pasu ibas Dibata nari gelah dat kita kegeluhen situhu-tuhu si rehna ibas Tuhan Yesus Kristus .
Amin..

JURU LELANG - KLASIS BEKASI DENPASAR

JURU LELANG - KLASIS BEKASI DENPASAR
ULA MEKARUS NEHKEN KEHAMATEN